BUTON SELATAN – Buton Selatan (Busel) memang pantas disebut sebagai Negeri 1001 Misteri, diantaranya yakni masjid tertua di Wawoangi, kuburan Gajah Mada di Kelurahan Majapahit, gua purbakala Waburi di pesisir pantai Lapandewa, jangkar raksasa di dasar lautan, beragam ritual adat yang unik, beragam bahasa daerah, padang savana yang luas, karang hiu, gua vertikal, dan masih banyak lagi pesona alam dan misteri yang lainnya.
Semua misteri yang dimiliki Busel tersebut menjadi kekayaan luar biasa yang jika dikelola secara serius, akan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi Buton selatan. Ditambah lagi dengan keseriusan pemerintah dalam mempromosikan wisata daerah, tentunya akan menambah pula jumlah kunjungan wisatawan.
Salah satu pesona destinasi wisata minat khusus Tak kalah indahnya yakni Gua
Jepang “Tanci” yang terletak di Desa Bola, Kecamatan Batauga. Gua
Tanci berada di Puncak bukit dan letaknya sangat strategis. Sayangnya informasi
Gua ini masih belum banyak diketahui khalayak ramai karena minimnya penelitian
dan perhatian Pemerintah terkait sejarah gua tersebut.
Gua Tanci sesungguhnya menjadi penanda cerita bahwa dahulu Jepang pernah membangun kekuatan militer di Buton dan menganggap pentingnya wilayah ini. Diduga Jepang memilih menempatkan militernya di Buton karena menganggap daerah ini merupakan salah satu jalur perdagangan paling penting di kawasan Indonesia Timur.
Instalasi militer milik Jepang ini memiliki 3 buah gua dan sejumlah fasilitas
vital lainnya, yakni barak, bak air, radar, pos pengintaian musuh, dan
Benteng sebagai tempat perlindungan dari serangan musuh. Dilihat dari
fungsinya, selain untuk tempat persembunyian, Gua Tanci nampaknya juga
digunakan untuk penyimpanan amunisi dan logistik bagi tentara Jepang.
Gua Tanci agak sedikit unik karena bentuknya mirip terowongan sehingga ketika
Kamu masuk ke dalam dan menelusurinya, Kamu akan menjumpai bagian ujung
gua yang dapat digunakan sebagai pintu keluar. Pintu keluar ini dirancang oleh
tentara Jepang sebagai pintu pelarian saat mereka terpojok oleh serangan musuh.
Menurut warga setempat, saat Jepang berada di Buton mereka juga menanamkan
sistem kerja paksa atau Romusha untuk membangun jalan dan gua milik Jepang
tersebut. Walaupun kerja paksa yang mereka alami tak seberat di daerah
lain, tapi keberadaan tentara Jepang saat itu tetap menimbulkan ketakutan bagi
penduduk karena setiap hari tentara Jepang melakukan pengawasan dan melarang
masyarakat membuat perapian atau menyalakan lampu pada saat malam hari tiba.
Apa sesungguhnya yang membuat Jepang tertarik membangun pertahanan di wilayah
Busel? Apakah benar Jepang juga melakukan penjajahan di tanah Buton? Atau
keberadaan tentara Jepang di tanah Buton karena mendapat izin untuk tinggal dan
membangun fasilitas militer di Buton melalui sebuah permohonan dan
kerjasama dengan Kesultanan Buton? Tentunya ini menjadi misteri baru bagi Busel
yang belum terjawab hingga saat ini..?
Jika kamu penasaran dengan keberadaan gua dan benteng milik Jepang ini, Kamu
dapat langsung mengunjungi dan melihat sendiri keberadaannya, tapi ingat ya
sahabat traveler tetap pelihara situs
sejarah ini, jangan mengotorinya dengan sampah. Sayang banget kan kalau situs
ini harus rusak di tangan kamu?
Penulis: Mukmin Wella
Editor: Sumarlin