BUTON TENGAH- Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki tradisi kearifan lokal yang dipercaya sebagai ajang untuk mencari jodoh.
Namanya Kande Tompa. Seperti yang digelar di Desa Tolandona, Sangia Wabula, Kabupaten Buton Tengah (Buteng). Kande tompa merupakan ritual utama dari tradisi pakande-kandea masyarakat Buton.
Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali, sebagai simbol rasa syukur setelah menjalani ibadah puasa, dalam hal ini puasa Ramadan dan puasa Syawal.
Dalam tradisi ini indentik dengan hidangan makanan yang berlimpah, makanan itu untuk para tamu.
Si penjaga hidangan wajib menyuapi tamu yang datang padanya. Uniknya para gadis lajang yang telah berias, menjaga sajian tersebut dan menunggu lelaki yang kemungkinan dapat menjadi jodohnya.
Para lajang untuk bertemu jodoh pada pelaksanaan kande tompa tetap harus secara alamiah.
Seorang pria lajang menghampiri para gadis penjaga talang guna meminta disuapi hidangan. Disinilah akan ada kecocokan hati atau tidak antara pria dan gadis penjaga talang tersebut.
Tradisi kande tompa, termasuk rangkaian tradisi pakande-kandea, tradisi asli masyarakat Tolandona.
Pada zaman Kesultanan Buton, tradisi pakande-kandea dan kande tompa digunakan juga untuk menyambut tamu kehormatan. Meski begitu, itu hanyalah cerita yang beredar di masyatakat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun,
Pakande-kandea termasuk juga kande tompa menurut histori kesultanan Buton, sudah digelar sejak ratusan tahun silam.
Pakande-kandea secara istilah merupakan acara makan akbar. Sementara, kande tompa memiliki makna, makan dengan cara disuapi.
Para gadis yang menjaga talang syaratnya mesti seorang lajang. Tidak mesti gadis yang menyuapi makanan kepada lelaki otomatis berjodoh.
Jika ingin berjodoh mesti ada ketertarikan satu sama lain. Ritual kande tompa di Tolandona berlangsung hingga pukul 12.00 malam. Setelah itu dilanjutkan dengan acara joget hingga fajar tiba.
Penulis : Ilham
Editor : Ridwan